Minggu, 19 April 2020

Menemukan Karakter Tokoh Novel

Kabid Dikdas
Novel sebagai rekaman peristiwa kehidupan di masyarakat, menceritakan manusia dengan segala sepak terjangnya. Novel hadir dengan tokoh-tokoh dan karakternya. Beragam karakter tokoh novel adalah gambaran karakter manusia dalam kehidupan nyata karena novel lahir dari pengalaman batin pengarang yang menyaksikan pergumulan hidup manusia. Dalam sebuah cerita baik novel maupun cerpen, terdapat minimal dua jenis tokoh dilihat dari perannya dalam cerita. Kedua tokoh tersebut adalah tokoh utama dan tokoh pendamping.

Pelukisan karakter tokoh dalam sebuah cerita rekaan dilakukan pengarang melalui teknik langsung dan teknik tidak langsung. Pada teknik langsung pengarang secara langsung dan tersurat dalam novel menyampaikan perwatakan pelaku. Sedangkan pada teknik tidak langsung pengarang melukiskan perwatakan tokoh melalui beberapa pelukisan fisik, reaksi tokoh lain, reaksi tokoh terhadap masalah, dan lain-lain.

Penokohan dalam novel dikelompokkan menjadi tiga jenis tokoh sebagai berikut. 
  1. Tokoh protagonis merupakan okoh utama yang diidolakan, tokoh pahlawan pembela kebenaran, berkarakter baik. 
  2. Tokoh antagonis merupakan tokoh utama yang dibenci, tokoh lawan dari protagonis, berkarakter jahat. 
  3. Sedangkan tokoh tritagonis tokoh pembantu, bersifat netral, tokoh penengah.

Memang sebuah cerita tidak akan terlepas dari tokoh-tokoh yang diceritakan. Seorang tokoh juga tidak terlepas dari perwatakan atau karakter mereka. Karakter tokoh dalam sebuah cerita menjadi salah satu pemicu konflik atau permasalahan. Untuk menciptakan sebuah cerita yang menarik, penentuan tokoh dan perwatakan merupakan hal yang penting. 

Beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika kalian mendengarkan pembacaan kutipan novel di antaranya konsentrasi yang cukup. Hal ini diperlukan karena sifat pembacaan novel hanya sekali ucap. Jika konsentrasi tidak dilakukan dengan baik, akan kehilangan data-data yang diperlukan terkait dengan isi novel tersebut. Untuk itulah, kesabaran dalam hal mendengarkan sesuatu juga sangat mutlak diperlukan. Pada saat pembacaan kutipan novel sedang berlangsung, buatlah catatan-catatan kecil. Catatan-catatan kecil itu akan membantu mendeskripsikan sifat-sifat tokoh yang terdapat dalam novel serta membantu menyimpulkan isi novel tersebut.

Setelah mendengarkan pembacaan kutipan novel, kita dapat menyebutkan tokoh, menentukan sifat-sifat tokoh, menyimpulkan isi novel, dan menuliskan perincian hal-hal tersebut, sebagaimana berikut ini.

1. Novel Salah Asuhan
Tokoh-tokoh dalam novel “Salah Asuhan” adalah Hanafi, ibu, dan dokter. Sifat-sifat tokoh dalam novel tersebut adalah berikut.
  • Hanafi adalah sosok yang mudah putus asa karena sesuatu yang dicita-citakannya tidak tercapai kemudian ia mencari jalan pintas, mengakhiri hidup dengan meminum sublimate (racun pembunuh kuman).
  • Ibu adalah sosok yang menginginkan kehidupan anaknya bahagia, meskipun terkadang apa yang dilakukan oleh ibu belum tentu bisa diterima anaknya.
  • Dokter adalah sosok yang mau berusaha sekuat tenaga untuk menyelamatkan hidup dan kehidupan orang lain, meskipun ia tahu bahwa kesempatannya kecil, tapi ia tidak berputus asa. Kutipannya adalah berikut “Mari kuikhtiarkan buat menolong jiwa Tuan. Kewajiban Tuan, kewajiban saya sendiri akan melakukan segala ikhtiar, supaya Tuan sembuh kembali.”

Kesimpulan isi novel
Isi novel berkisah tentang kehidupan seseorang yang menderita akibat cinta. Semestinya dengan kekuatan cinta, ia dapat menikmati hidup dan berbahagia. Sementara itu, pihak orang tua terus berharap agar anaknya dapat menikah dengan wanita pilihannya. Namun, Hanafi tetap bersikukuh bahwa istrinya adalah Corrie. Hanafi rela mengakhiri hidupnya demi memegang teguh cintanya.

2. Novel Azab dan Sengsara
Tokoh-tokoh dalam novel “Azab dan Sengsara” adalah Mariamin, Aminudin, Sutan Baringin, Nuria, Baginda, dan dokter. Sifat-sifat tokoh dalam novel tersebut adalah berikut.
  1. Mariamin adalah seorang gadis yang cantik, lemah lembut, berbakti kepada orang tua dan baik hati. Karakter baik hati dan berbakti kepada orang tua dapat dilihat dari penggalan percakapan, “Makanlah Mak dahulu, nasi sudah masak,” kata Mariamin seraya mengatur makanan dan sajur jang dibawanja sendiri dari gunung untuk ibunja yang sakit itu.
  2. Aminudin adalah seorang anak yang berbudi pekerti luhur sopan santun, suka menolong, berbakti dan sangat pintar. Berbudi pekerti luhur, jiwa penolng Aminudin dapat dilihat dari penggalan dialog : “Ia menolong mencangkul sawah Mak Mariamin.. Udin mempunyai kasihan, itulah sebabnya ia menolong mamaknya.” Mendengar itu, suaminya tinggal diam; Ia tiada marah mendengar umpatan itu.
  3. Sutan Baringin adalah seorang yang suka membuat masalah dan takabur dengan hartanya. Watak tidak baiknya itu dapat dilihat dari penarasian penulis sebagaimana berikut ini ; Sutan Baringin terbilang hartawan lagi bangsawan seantero penduduk sipirok. Akan tetapi karena ia sangat suka berperkara, maka harta yang banyak itu habis, sawah dan kerbau terjual, akan penutup ongkos-ongkos perkara, akhir-akhir jatuh miskin, sedang yang dicarinya dalam perkara itu tiada seberapa bila dibandingkan dengan kerugian-kerugiannya.
  4. Nuria atau ibu Mariamin adalah seorang penyayang dan baik hati. Wujud kasih sayang itu sebagaimana dapat dilihat dari penggalan dialog berikut ini ; “Anakku sudah makan?” bertanya si ibu seraya menarik tangan budak itu, lalu dipeluknya dan diciumnya berulang-ulang.
  5. Baginda Diatas atau ayah Aminuddin adalah seorang kepala kampung atau bangsawan yang kaya raya dan disegani serta dihormati. Hal itu dibuktikan dengan penggalan narasi langsung dari penulis sebagai berikut ; “Dia (Aminudin) adalah anak kepala kampung A. Ayah Aminu’ddin seorang kepala kampung yang terkenal di seantero Sipirok. Harta bendanya sangat banyak”.
  6. Ibu Aminuddin mempunyai sifat yang sama seperti suaminya Baginda Diatas, dia juga penyayang.

Kesimpulan Isi Novel
Isi novel berkisah tentang menunjukkan adat dan kebiasaan yang kurang baik dan sempurna di tengah-tengah masyarakat Batak. Sebagai anak yang berbakti, kita hendaknya menuruti kemauan orang tua kita selama kemauan itu adalah wajar. Aturan-aturan dalam adat yang sudah tidak sesuai dengan adat yang dimiliki oleh masyarakat sekarang ini, baiknya dihilangkan daripada memberi kesulitan bagi seseorang. Seperti halnya dalam perjodohan.

3. Novel Siti Nurbaya
Tokoh-tokoh dalam novel " Siti Nurbaya" antara lain Siti Nurbaya, Samsulbahri, Datuk Maringgih, Baginda Sulaiman, dan  Sultan Mahmud. Sifat-sifat tokoh dalam novel tersebut adalah berikut.
  1. Samsul Bahri sebagai pelaku utama (Tokoh Protagonis): anak Sultan Mahmud Syah (penghulu di Padang), wataknya: Orangnya pandai, tingkah lakuya sopan dan santun, halus budibahasanya, dapat dipercaya, gigih, penyayang, dan setiakawan.
  2. Siti Nurbaya sebagai pelaku utama (Tokoh Protagonis): anak Bginda Sulaeman (saudagar kaya di Padang), wataknya: Lemah lembut, penyayang, tutur bahasanya halus, sopan dan santun, baik hati, setia kawan, patuh terhadap orang tua.
  3. Datuk Maringgih sebagai pelaku utama (Tokoh Antagonis), laki-laki yang berwatak kikir, picik, penghasud, kejam, sombong, bengis, mata keranjang, penipu, dan selalu memaksakan kehendaknya sendiri.
  4. Sultan Mahmud Syah sebagai pelaku tambahan (Toloh Protagonis), Ayahnya Samsul Bahri yang berwatak: Bijaksana, sopan, ramah, adil, penyayang.
  5. Siti Maryam sebagai pelaku tambahan (Tokoh Protagonis), berwatak: Bijaksana, sopan, ramah, adil, penyayang.
  6. Baiginda Sulaeman sebagai pelaku tambahan (Tokoh Protagonis), berwatak: Bijaksana,sopan, ramah, adil, penyayang.
  7. Zainularifin sebagai pelaku tambahan (Tokoh Protagonis), temannya Samsul Bahri yang berwatak: Tingkah lakunya sopan dan santun, halus budi bahasanya, dapat dipercaya, gigih, penyayang, dan setiakawan.
  8. Bakhtiar sebagai pelaku tambahan (Tokoh Protagonis), temannya Samsul Bahri yang berwatak: Tingkahlakunya sopan dan santun, halus budibahasanya, dapat dipercaya, gigih, penyayang, dan setiakawan.
  9. Alimah sebagai pelaku tambahan (Tokoh Protagonis), saudaranya Siti Nurbaya, yang bewatak lemah lembut, santun setiakawan, bijaksana.

Kesimpulan Isi Novel
Sitti Nurbaya menceritakan cinta remaja antara Samsulbahri dan Sitti Nurbaya, yang hendak menjalin cinta tetapi terpisah ketika Samsul dipaksa pergi ke Batavia. Belum lama kemudian, Nurbaya menawarkan diri untuk menikah dengan Datuk Meringgih (yang kaya tapi kasar) sebagai cara untuk ayahnya hidup bebas dari utang; Nurbaya kemudian dib*nuh oleh Meringgih. Pada akhir cerita Samsul, yang menjadi anggota tentara kolonial Belanda, memb*nuh Meringgih dalam suatu revolusi lalu meninggal akibat lukanya.

4. Novel Sengsara Membawa Nikmat
Tokoh-tokoh dalam novel " Sengsara Membawa Nikmat" antara lain Midun, Kacak, Halimah, Pak Midun, dan Haji Abbas. Sifat-sifat tokoh dalam novel tersebut adalah berikut.
  1. Midun : Tokoh Protagonis; disukai orang banyak, budi pekertinya baik, santun, gagah berani, alim, penyayang. Seperti yang tercantum dalam kutipan (Memang Midun seorang muda yang sangat digemari orang di kampungnya. Budi pekertinya amat baik, tertib sopan santun kepada siapa jua pun. Tertawanya manis, sedap didengar; tutur katanya lemah lembut. Ia gagah berani lagi baik hati, penyayang dan pengasih.
  2. Kacak : Tokoh Antagonis; Tinggi hati, sombong, busuk hati, tidak disukai orang, dan suka berkata kasar kepada orang. Seperti yang tercantum dalam kutipan (…..karena bersesuaian dengan tingkah lakunya. Ia tinggi hati, sombong, dan congkak. Matanya juling, kemerah-merahan warnanya. Alisnya terjorok ke muka, hidungnya panjang dan bungkuk. Hal ini sudah menyatakan, bahwa ia seorang yang busuk hati. Di kampung ia sangat dibenci orang, karena sangat angkuhnya.
  3. Halimah : Cantik, budi pekertinya baik, sederhana, dan manis dipandang mata. Seperti yang tercantum dalam kutipan (…..”Sungguh cantik gadis ini, tidak ada cacat celanya. Hati siapa yang tidak gila, iman yang takkan bergoyang memandang yang seelok ini. Tingkah lakunya pun bersamaan pula dengan rupannya. Kulitnya kuning langsat, perawakannya sederhana".
  4. Pak Midun : Berbudi pekerti baik, arif seperti yang tercantum dalam kutipan (…..karena pak Midun seorang yang tahu dan arif, tiadalah ditinggalkannya syarat-syarat aturan berguru, Penyayang kepada anak-anaknya, seperti yang tercantu dalam kutipan (….Demikianlah hal pak Midun habis hari berganti pecan, habis pecan berganti bulan. Ia selalu bercintakan Midun, sedikit pun tidak hendak luput dari pikirannya.
  5. Haji Abbas : budi pekertinya baik, berilmu, dan seorang ulama besar. Seperti yang tercantum dalam kutipan (….. Haji Abbas adalah seorang ulama besar. Memang menjadi sifat pada haji Abbas, jika menuntut sesuatu ilmu berpantang patah di tengah. …….Haji Abbas adalah seorang tua, yang lubuk akal gudang bicara, laut pikiran tambunan budi, maka ia pun dimalui dan ditakuti orang di kampung.

Kesimpulan Isi Novel
Novel ini berkisah tentang perjuangan seorang pemuda dalam menghadapi segala cobaan hingga menuju sebuah kenikmatan hidup. Midun bergelut dengan nasib dan mencari pekerjaan. Perjalanan Midun di tanah Jawa, tidak pernah lepas dengan cobaan hidup yang tak usai. Awalnya kesialan menimpa Midun, namun berkat kesabaran dan kebaikannya, Midun berhasil memperoleh pekerjaan yang besar dan menikah dengan Halimah. Akhir cerita, Midun pulang ke Minangkabau bersama anak dan istrinya. Midun kembali berkumpul bersama orang tua dan saudara-saudaranya di kampung. Midun hidup bahagia bersama keluarganya.